Tuesday 17 May 2016

Catatan Seorang (Mantan) Pengangguran

Syukur Alhamdulillah, setelah sekitar delapan bulan berprofesi sebagai seorang penganggur, akhirnya saya kembali menjadi karyawan. Walaupun bukan karyawan tetap, setidaknya saya bisa mempunyai penghasilan dan kegiatan sehingga saya tidak lontang – lantung tidak jelas di rumah. Selain itu, kembali mempunyai pekerjaan akan memberikan sedikit garansi masa depan yang lebih cerah jika mau meminang anak orang dibanding seorang pengangguran.

Pada saat menganggur kemarin, banyak perasaan yang muncul. Mulai dari minder, malu hingga merasa menjadi manusia paling tak berguna di dunia . Merasa menjadi sampah masyarakat karena berkontribusi terhadap peningkatan persentase pengangguran di negeri ini. Selain itu, emosi semakin labil. Setiap ada orang menyakan apa pekerjaannya, disitu seakan ada sebuah penghinaan. Mirip mahasiswa tua yang ditanyain kapan lulus, nada pertanyaan berubah menjadi nada penghinaan. 

Penyebab saya menjadi seorang pengguran sebenarnya cukup sederhana. Salah timing. Saya resign disaat kondisi perekonomian yang sedang tidak bagus. Berimbas pada langkanya lowongan pekerjaan. Ditambah lagi, persaingan semakin ketat karena bnyaknya pemutusan hubungan kerja karena kondisi perekonomian yang sedang memburuk. Tingkat persaingan pun semakin kompetitif seiring dengan kelulusan perguruan tinggi. Pada saat rekrutmen, orang seperti saya yang tingkat kecerdasan biasa – biasa saja dan skill yang pas – pasan akan dengan mudah tersingkir pada saat seleksi penerimaan karyawan. Itulah penyebab lamanya saya vakum dari dunia kerja.

Selain itu, ada alasan lain kenapa saya lama mengaggur, yaitu saya terlalu pemilih terhadap lowongan pekerjaan. Setiap kali ada info dan tawaran pekerjaan, saya terlalu memikirkan bagaimana ke depannya. Jujur saya adalah orang yang mudah bosan, sehingga saya selalu membayangkan jika saya bekerja di tempat itu dalam jangka waktu lama. Kalau membosankan, saya tidak akan melamar pekerjaan tersebut. Bisa dibilang saya tergolong orang yang cukup idealis kalau menyangkut masalah pekerjaan. Kalau bisa, pekerjaan yang saya lamar harus tidak membosankan, menantang dan menawarkan kesempatan bekerja tidak hanya di kantor. Sekarang saya mendapatkannya, Alhamdulillah.


Tetapi, idelisme itu luntur seiring waktu berjalan. Rasa malu karena menganggur telah menggusur idealisme itu. Setiap ada lowongan, apapun posisinya pasti saya lamar. Semua teman saya mintai informasi lowongan. sampai akhirnya, seorang teman memberikan informasi lowongan yang mirip dengan kriteria yang saya ingnkan. Dengan melalui beberapa proses, akhirnya saya mendapatkan pekerjaan di tempat ini.

Mendapatkan pekerjaan dan menjadi karyawan memang bisa memberikan penghasilan. Tetapi, itu berarti akan menutup beberapa kesempatan. Sebenarnya, ketika menganggur itu ada banyak pintu terbuka di hadapan para pengagguran. Pintu untuk berkarya, berkreasi lebih seperti yang diinginkan, bukan berkarya demi gaji. Menjadi pengangguran punya banyak kesempatan untuk berwirausaha, menjadi penulis, seniman, politisi dan apapun yang diinginkan.

Terus kenapa saya memilih meninggalkan profesi sebagai seorang pengguran? Karena menjadi pengangguran itu tidak ada yang menggaji. Coba kalau setiap penganggur mendapatkan insentif dari pemerintah, kan enak menjadi penganggur. Bisa terus melanjutkan idealismenya. Yang ingin jadi penulis bisa tetap menulis tanpa diganggu memikirkan pemasukan bulanan. Yang jadi seniman bisa terus berkarya tanpa pusing besok mau makan apa. Yang ingin jadi usahawan akan fokus mengembangkan usahanya. Yang ingin mendapatkan pekerjaan impiannya akan bisa terus menunggu lowongan yang cocok dengan impiannya.

Kalau tulisan ini dibaca oleh orang pemerintahan, mungkin khayalan yang barusan bisa direalisasikan sehingga para kaum penganggur bisa menggapai apa yang dicita – citakan. Untuk para penganggur, berdoa saja agar orang pemerintahan terketuk hatinya untuk merealisasikan hal tersebut.

Daripada tambah ngelantur tidak jelas, lebih baik saya sudahi saja tulisan ini. Semoga tulisan inimenjadi sekuel terakhir dari tulisan – tulisan tentang pengangguran (1,2,3). Terakhir, saya ucapkan terima kasih karena telah menyempatkan membaca tulisan yang kurang bermanfaat ini


Bekasi, 17 Mei 2016


Artikel menarik lainnya :

Nizar Aditya

About Nizar Aditya

I'm an Engineer, Writer and Dreamer