Wednesday 30 December 2015

Sebuah Perjalanan Absurd di Jogja

Disela - sela kesibukan saya sebagai seorang pengangguran, seorang teman saya yang bekerja sebagai seorang tire desainer di sebuah perusahaan ban lokal terkemuka yang bermarkas di tangerang sedang pulang kampung ke solo dan menyuruh saya untuk berkunjung ke rumahnya. Rencananya, kita akan jalan - jalan ke jogja dan sekitarnya.

Hari yang direncanakan telah tiba. Kita ingin jalan - jalan di tempat yang tidak mainstream. Celakanya, kita tidak punya banyak referensi mengenai tempat yang asik yang tidak mainatream.

Toko buku taman pintar
Untuk tempat pertama, kita langsung menuju taman pintar. Lokasinya tidak jauh dari jalan Malioboro yang terkenal itu. Kalau digambarkan, lokasinya adalah belakang Malioboro. Disitu yang kita tuju adalah deretan penjual buku. Inilah salah satu tempat yang tidak mainstream. Banyak penjual buku berbanding terbalik dengan jumlah pembeli. Salah satu ciri anti mainstream adalah tidak banyak orang berkunjung ke situ.

Banyak buku baru, bekas, asli, bajakan semau ada tinggal pilih dan mempersiapkan uang yang banyak kalo pengen borong semuanya. 

Selama hampir kurang sejam kita muter - muter deretan kios buku yang ada disitu. Malangnya,  kita akhirnya tidak membeli apapun. Bukan karena buku yang kita  tidak ada, tetapi karena buku yang dinginkan kalo gak bajakan ya asli tetapi harga melambung. Maklum, buku yang dicari memang agak langka.

Setelah capek muter - muter dengan hasil nihil, kita merasa kecapekan dan ingin rasanya tidur siang. Untuk merealisasikan niat tulus tidur siang tersebut akhirnya di pilihlah masjid sebagai tempat untuk merebahkan badan sejenak. 

Masjid UGM
Saya tidak tahu, tiduran di masjid termasuk jalan - jalan yang mainstream atau bukan,

Masjid yang terpilih untuk merebahkan badan tersebut adalah masjid kampus UGM. Masjid ini tampak sepi dari lalu lalang mahasiswa. Tidak seperti masjid kampus saya dulu (baca : Masjid Manarul Ilmu ITS Surabaya) yang selalu banyak mahasiswa yang bergerombol di serambi masjid. Banyak hal yang diobrolkan di serambi tersebut. Mulai dari bicara tentang harga cabe di pasar sampai harga minyak dunia. Dari diskusi agama sampai diskusi tentang teknologi masa depan. Tak lupa pula diskusi masalah perkuliahan dan mbacem tugasnya. Dan yang tak pernah ketinggalan adalah mebicarakan tentang akhwat.

Kembali ke masjid kampus UGM. Distu saya tidak menemukan fenomena seperti itu. Yang ada hanyalah orang tidur siang seperti yang saya lakukan. Sampai sekarang masih menjadi misteri, kenapa tidur siang di masjid itu sangat nikmat sekali. Ditambah lagi udaranya yang selalu sejuk walau udara sekitar panasnya minta ampun.

Orang tiduran di masjid UGM
Setelah selesai jamaah ashar, kita yang tidak mempersiapkan agenda mau ke mana kembali bingung menentukan tujuan berikutnya. Sambil mikir - mikir mau kemana selanjutnya, kita putuskan untuk muter - muter kampus UGM. Saat muter - muter keliling kampus, sampailah pada jalan kaliurang, jalan yang membelah kampus UGM. Disitulah kita akhirnya mendapatkan ide untuk menelusuri jalan kaliurang sampai ujung.

Fake Taxi Kaliurang
Saat berjalan menyusuri jalan kaliurang tersebut, terlihat sebuah mobil warna kuning bertuliskan fake taxi terparkir di pinggir jalan. Wow ternyata fake taxi sudah merambah jogja. Bagi yang belum tau apa itu fake taxi, silahkan browsing sendiri.

Lupakan tentang fake taxi. Perjalanan kembali dilanjutkan. Entah berapa lama perjalanan telah ditempuh. Jalan mulai berkelok dan menanjak, itu artinya kita telah sampai di lereng gunung. Kata temenku itu, di ujung jalan kaliurang ini ada pos pantua.

Kami terus naik dan terdapatlah sesuatu yang rame. Biasanya kalo ada meramaian ada sesuatu yang menarik. Harus diakui, kalau ini adalah tempat yang mainstream.

Lokasi pos pantau
Ternyata disitulah pos pantau itu. Karena sampai disitu sudah menjelang magrib, saya masih belum paham apa menariknya pos pantau di malah hari. Kalau untuk mengamati merapi saya kira mustahil dilakukan pada malam hari. Apa mungkin kita bisa melihat kelap - kelip lampu kota jogja di malam hari dari pos pantu ini? Itulah ekspekstasi saya. Akhirnya kita memutuskan untuk membeli tiket yang seharga 20 ribu. Disitu tampak kelap kelip lampu led yang ditata sedemikian rupa. Ada juga lampion - lampiom dari kain yang dibentuk macem - macem seperti pintu gerbang, binatang, dinosaurus dan bahkan membentuk tulisan besar berbunyi "LOVE". Ada penjual makanan juga didalam area itu. Tak ketinggalan pula aneka permainan anak - anak khas pasar malam.

tampak dari menara pantau
Melihat lampu yang warna - warni  dan lampion - lampion yang unik itu membuat hasrat kami buat foto - foto dan selfie memuncak. Sebagai generasi cekrek - upload, kurang afdol rasanya kalau tidak eksis di tempat yang unik. Tak lupa pula kami berdua foto di lampion yang bertuliskan "LOVE". Tak peduli apa kata orang melihat dua orang cowok berfoto bersama di tulisan love, yang penting kami bisa eksis dan cekrek - upload. Sayangnya, paragraf ini hanyalah imaginasi liar saya waktu itu. Tak ada nyali untuk melakukan hal itu pada waktu itu. Lagi pula saya dan teman saya bukanlah kaum LGBT.

tampak dari menara pantau
Akhirnya sampailah kami pada sebuah menara yang tidak terlalu tinggi. Inilah yang tadi aku cari. Setelah kqmi naik sampai puncak, terlihat pemandangan yang memilukan hati. Semua orang disitu terlihat berpasangan cowok cewek sambil selfie, sedangkan kami dua orang cowok dengan muka kumal. Ditambah lagi, pemandangan lampu kota yang saya inginkan ternyata memang tidak terlihat dari sini. Lha terus apa yang dapat saya pantau disini?

Satu - satunya yang menarik di tempat ini adalah bangker untuk sembunyi dari wedhus gembel erupsi merapi. Itupun nampak terkunci rapat.
Bangker
Tak mendapatkan apa yang saya ekspektasikan, kami memutuskan untuk turun. Setelah kami amati, ternyata ada dua orang pengunjung disini. Pertama adalah pengunjung rombongan keluarga. Yang kedua adalah pasangan muda - mudi. Akhirnya kami sadar bahwa kami bukan termasuk keduanya.

Dari cerita di atas, dapat diambil pelajaran bahwa ketika anda ingin melakukan sebuah perjalanan anda harus memperisapkan dengan matang. Termasuk rencana tempat mana saja yang akan dikunjungi. Tetapi melakukan perjalanan tanpa rencana jauh lebih seru. Banyak kejadian yang tak terduga yang mungkin akan anda alami. Jadi tergantung pilihan anda mau melakukan perjalanan dengan rencana yang matang atau tanpa perencanaan sama sekali.


Artikel menarik lainnya :

Nizar Aditya

About Nizar Aditya

I'm an Engineer, Writer and Dreamer