Thursday 14 January 2016

Tan Malaka, Pahlawan yang Terlupakan

Mungkin banyak orang indonesia yang tidak tahu nama Tan Malaka. Sosok pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan yang dilupakan oleh sejarah. Mungkin tidak banyak yang tahu bagaimana perjuangan beliau memperjuangkan kemerdekaan. Namanya juga tidak pernah disebut dalam buku sejarah di sekolah - sekolah, setahu saya.

Melalui keputusan presiden no.53 tahun 1963 pemerintah telah mengangkat Tan Malaka sebagai pahlawan kemerdekaan nasional. Tapi yang terjadi nama Tan Malaka tak pernah secara serius dikenalkan kepada kalangan masyarakat dan generasi muda sebagai seorang figur seorang pahlawan. Karya - karyanya dan catatan - catatan pergerakannya tak banyak pula orang yang tahu.

Untuk itu, melalui tulisan yang pendek ini, saya mencoba sedikit mengenalkan sosok Tan Malaka pada generasi muda. 

"Perkenalan" saya dengan Tan Malaka dimulai ketika saya membaca ebook Madilog. Madilog adalah sebuah karya besar beliau. Sebelumnya saya tidak mengenal siapa itu Tan Malaka. Dari situlah saya mulai tertarik dengan sosok beliau.

Penasaran dengan kiprah beliau, akhirnya saya mencari tahu biografi beliau dan bahkan membeli salah satu bukunya yang berjudul "Dari penjara ke penjara".
Buku dari penjara ke penjara

Buku ini menjadi semacam catatan petualangan Tan Malaka yang keluar masuk penjara dan keluar masuk negara orang.

Tan Malaka lahir di Suliki, Sumatera Barat pada tahun 1897. Setelah tamat sekolah, beliau melanjutkan pendidikannya di Harleem, Belanda pada tahun 1913. Enam tahun kemudian atau pada tahun 1919,  beliau kembali ke tanah air untuk mengabdi menjadi seorang guru bagi anak - anak kaum buruh perkebunan di Deli, Sumatera utara.

Pada tahun 1921, beliau mulai dekat dengan kehidupan politik. Partai politik yang dianut beliau adalah Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dulunya bernama ISDP (Indischee Sociaal Democratische Partaj) yang didirikan oleh kaum sosialis revolusioner belanda pada tahun 1914. Mungkin karena keterlibatan dalam gerakan PKI inilah alasan kenapa nama Tan Malaka jarang melintas di buku sejarah.  Yah, walaupun PKI yang beliau jalankan tidak seperti PKI setelah kemerdekaan. Sejak menjadi anggota partai itu, beliau terlibat aktif dalam aksi - aksi mogok maupun perlawanan kaum buruh di beberapa tempat.

Setelah berjuang di Semarang sebagai guru dan aktivis, beliau pindah ke Bandung. Sama, di Bandung beliau juga menjadi guru sekaligus aktivis. Karena menjadi aktivis inilah beliau dimasukkan ke dalam penjara di bandung karena dinilai melawan dan menghasut untuk menentang pemerintah kolonial.

Dari penjara Bandung Tan Malaka dibawa ke Batavia yang kemudian akan dibawa ke Belanda. Untungnya di Belanda beliau tidak dipenjara, hanya dibuang agar tidak menjadi motor pergerakan di Hindia - Belanda. Dari belenda beliau bisa pergi ke mana saja, termasuk ke Jerman. Dari Jerman, Tan Malaka melanjutkan perjalanannya ke Moscow pada tahun 1922.

Beruntung beliau bisa ke Moscow, ke tempat cikal bakal dimana komunis dilahirkan. Tak hanya mempelajari tentang komunisme secara mendalam, dalam konggres beliau menjadi wakil PKI dalam konggers komunis itu.

Tak sampai setahun di Moscow, Tan Malaka kembali petualangannya. Kali ini beliau menyeberang ke Kanton, Tiongkok. Kanton adalah sebuah kota yang mempunyai pelabuhan yang menghubungkan antara Macau dan Hongkong. Di Macau ini, Tan Malaka produktif menulis, terutama untuk majalah komunis.

Dari Kanton Tan Malaka bertolak ke Manila, Filipina. Bagian inilah yang paling unik dan paling saya sukai. Tanpa paspor Filipina, beliau berlagak sebagai orang Filipina yang akan "pulang kampung". Berbekal bahasa tagalog yang pas - pasan dan sedikit mempelajari budaya Filipina dari seorang temannya yang sama - sama buangan, beliau berhasil masuk ke Filipina dengan lancar. Kunci dari keberhasilan ini adalah, muka orang Indonesia dengan Filipina yang identik dan kepercayaan diri dari Tan Malaka sendiri. Seperti film Hollywood memang, berhasil masuk ke sebuah negara dengan mengelabuhi petugas imigrasi. Atau film Hollywood yang terinspirasi kisah ini? Entahlah.

Dua tahun berada di Filipina merasa keberadaannya tidak aman. Di Filipina bahkan beliau sempat mendekam di penjara. Akhirnya karena merasa membebani orang yang ditumpanginya, beliau melanjutkan perjalanannya. Keluar masuk penjara adalah dan keluar masuk negara lain adalah yang terus dilakukannya. Dalam perjalanannya, beliau sangat produktif dalam menulis, entah dalam bentuk artikel dalam majalah atau sebagai sebuah buku. Sayangnya, pada perjalanan menuju Malaka (Singapura) dalam perjalanan menuju Indonesia, beliau terpaksa membuang dan menenggelamkan tulisannya ke laut karena demi keamanan dan keselamatan beliau.

Selama lebih dari 20 tahun Tan Malaka dalam buangan dan tak bisa masuk ke Indonesia. Saat jepang masuk ke Indonesia, Tan Malaka akhirnya bisa masuk ke Indonesia melalui pelabuhan belawan medan. Dari medan beliau ke Bukit Tinggi, Padang, Palembang lalu terakhir menyeberang ke jawa.

Di jawa, selain bekerja dan menjadi aktivis lagi, beliau juga aktif menulis. Salah satu tulisan tersebut lahirlah buku yang berjudul Madilog (Materialisme, Dialektika dan Logika).Madilog ini adalah masterpiece beliau

Kematian Tan Malaka masih misteri. Ada yang bilang, kalau beliau meninggal di dalam penjara pada 21 Februari 1949 dalam usia 51 tahun di Kediri, Jawa Timur. Bahkan beliau menulis buku Dari Penjara Ke Penjara ketika beliau berada di dalam penjara di Ponorogo. Sungguh pilu memang mendengarnya. Seoarang pahlawan yang akhir hayatnya di dalam penjara. Lebih pilunya lagi, yang memenjara bukan pemerintah kolonial, tetapi bangsanya sendiri yang berbeda pandangan politiknya. 

Itulah sedikit banyak mengenai sosok Tan Malaka yang bisa saya sampaikan. Semoga dengan tulisan ini, para generasi muda akan terangsang untuk ingin tahu lebih banyak tentang Tan Malaka. Ingat, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, Begitulah kata Bung Karno. Salah satu cara menghargai para pahlawan adalah mencari tahu bagaimana para pahlawan berjuang dan meneladaninya.

Agar lebih mudah mengetahui karya Tan Malaka, di bawah ini adalah artikel dan buku yang pernah Tan Malaka tulis :

  • Parlemen atau Soviet (1920)
  • SI Semarang dan Onderwijs (1921)
  • Dasar Pendidikan (1921)
  • Tunduk Pada Kekuasaan Tapi Tidak Tunduk Pada Kebenaran (1922)
  • Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) (1924)
  • Semangat Muda (1925)
  • Massa Actie (1926)
  • Local Actie dan National Actie (1926)
  • Pari dan Nasionalisten (1927)
  • Pari dan PKI (1927)
  • Pari International (1927)
  • Manifesto Bangkok(1927)
  • Aslia Bergabung (1943)
  • Muslihat (1945)
  • Rencana Ekonomi Berjuang (1945)
  • Politik (1945)
  • Manifesto Jakarta (1945)
  • Thesis (1946)
  • Pidato Purwokerto (1946)
  • Pidato Solo (1946)
  • Madilog (1948)
  • Islam dalam Tinjauan Madilog (1948)
  • Gerpolek (1948)
  • Pidato Kediri (1948)
  • Pandangan Hidup (1948)
  • Kuhandel di Kaliurang (1948)
  • Proklamasi 17-8-45 Isi dan Pelaksanaanya (1948)
  • Dari Pendjara ke Pendjara (1970)



Sumber:


Artikel menarik lainnya :

Nizar Aditya

About Nizar Aditya

I'm an Engineer, Writer and Dreamer

1 komentar:

Write komentar
vancivil
AUTHOR
1 October 2016 at 14:21 delete

Tan, tokoh kiri yg hebat

see
http://vancivil.blogspot.co.id/

Reply
avatar