Beberapa bulan terakhir headline beberapa media cetak maupun elektronik tak lepas dari yang namanya kabut asap. Beberapa propinsi yang memiliki hutan yang lebat dan lahan perkebunan yang luas menjadi korbannya. Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar dan sekarang yang masih pekat adalah Kalsel. Terakhir beberapa perusahaan telah diperiksa terkait peristiwa ini.
Tidak hanya di di dalam negeri, kabut asap ini telah diekspor ke beberapa negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan konon kabarnya telah mencapai daratan China. Entah harus malu atau bangga dengan terekspornya asap ini. Tetapi yang jelas kabut asap ini telah merugikan banyak pihak.
Bahkan di singapura telah ada website sebagai wadah ucapan terimakasih indonesia untuk 11 bulan udara bersih. Bisa dilihat disini webistenya. Hal ini merupakan reaksi atas pernyataan wakil presiden kita eyang Yusuf Kalla yang mengatakan bahwa singapura harusnya berterimakasih telah mendapatkan udara segar selama 11 bulan, dan udara itu berasal dari hutan - hutan indonesia.
Dari kejadian ini, saya jadi berfikir, sebenarnya kita mempunyai bergaining position yang tinggi. Dengan hutan yang luas di Sumatera, Kalimantan dan Papua menjadikan indonesia sebagai pemilik hutan hujan terbesar kedua setelah Brazil. Dengan kata lain, kita dan Brazil adalah negara terbesar pemasok oksigen terbesar di dunia. Dunia harusnya berterima kasih pada kita dan Brazil. Bisa saja kita mengkomersilkan oksigen tersebut sebagai pemasukan negara. Tetapi saya berfikir berbeda,, abaikan Brazil, kita fokus pada negara kita. Kenapa kita tidak kita jadikan saja hutan ini sebagai alat pertahanan negara?
Bagaimana caranya?
Jika mungkin nanti terjadi perang dunia ketiga, kita hendaklah menjadi negara yang netral. Kita tidak usah ikut perang. Kita mengajukan diri sebagai pemasok udara segar selama perang. Dengan cara seperti itu harusnya negara lain menghormati sikap Indonesia. Menurut imajinasi saya, cara ini ampuh untuk membuat negara - negara yang sedang berperang akan melindungi indonesia, bahkan saling berebut untuk melindungi. Ini membuat Indonesia Menjadi Steril War Zone, dan membuat Indonesia aman dari konflik.
Bagaimana kalau negara kita diserang?
Tidak usah kita menyerang balik penyerang tersebut, lebih baik kita manfaatkan hutan kita. Dari peristiwa kabut asap ini, kita bisa manfaatkan hutan kita untuk dibakar. Biar tambah chaos perang yang terjadi.
Bagaimana dengan penduduk kita?
Ada beberapa skenario untuk mengevakuasi penduduk.
Pertama
Kita bawa penduduk di pulau sumatera, kalimantan, dan papua ke pulau - pulau yang tidak ada hutan yang lebat, seperti jawa dan sulawesi. kemudian setelah semua dievakusi, bakarlah hutan yang ada di pulau pulau tersebut. Kalau cara ini digunakan, angin yang menjadi masalah, takutnya asap malah berhembus ke tempat pengungsian penduduk.
Kedua
Telah kita ketahui bahwa luas sebagain besar wilayah kita adalah lautan. Kenapa tidak kita jadikan laut - laut kita sebagai kota bawah laut? Kita bisa minta bantuan Nyi Roro kidul untuk konsultasi pembangunan kota di bawah air seperti Istana Ratu Kidul tersebut. Ketika perang berkecamuk, kita langsung ungsikan semua penduduk ke dalam kota - kota bawah laut tersebut. Setelah semua penduduk dipastikan sudah terevakuasi, langsung bakar semua hutan yang ada. Dengan cara ini kita sebut Indonesia lautan api dan asap.
Semoga saja perang tersebut tidak akan pernah terjadi, dan kalaupun terjadi semoga cara - cara yang saya sampaikan tadi tidak diadopsi oleh pengambil keputusan negara ini.
Coretan
,
opini