Selasa, 10 November 2015

Semangat Hari Pahlawan


Hari ini, tujuh puluh tahun yang lalu di kota Surabaya terjadi peristiwa heroik perlawanan arek - arek Suroboyo terhadap pasukan sekutu. Menurut catatan sejarah, peristiwa ini adalah salah satu pertempuran terbesar pada perang dunia ke -2. Lebih dari 15 ribu Orang gugur dalam pertempuran itu. Karena peristiwa tersebut, kota Surabaya ditetapkan sebagai kota pahlawan dan tanggal sepuluh nopember dijadikan hari pahlawan.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Begitulah kata Bung Karno. Mungkin inilah yang mendasari dijadikannya tanggal sepuluh nopember sebagai hari pahlawan. Dengan dasar itu pula, banyak jalan, stadion, bandara, kampus yang dinamai dengan nama pahlawan.

Banyaknya nama - nama tempat dan jalan itu membuktikan bahwa kita tidak kekurangan sosok pahlawan. Dari nama – nama yang sering dipakai itu, masih banyak pula pahlawan yang tidak disebut namanya. Banyaknya pahlawan ini membuktikan bahwa kita adalah bangsa yang berjuang. Berjuang demi hidup yang lebih baik.

Ironisnya, nama para pahlawan yang menjadi nama jalan dan nama tempat - tempat itu hanya sebatas nama. Tidak ada unsur keteladanan dan spirit perjuangan dari para pahlawan yang ditularkan. Hanya sebagai patokan nama tempat. Mungkin dulu waktu memberi nama niatnya ingin mengabadikan spirit para pahlawan yang namanya diabadikan itu. Namun sekarang mana ada lewat sebuah jalan yang tahu bagaimana perjuangan pahlawan yang namanya diapakai untuk nama jalan itu. Mungkin hanya perjuangan melawan macet, jalan yang tidak rata dan berlobang. Itu saja.

Beruntung sekarang mulai ada sineas - sineas yang memfilmkan para pahlawan itu. Ya walaupun jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. Setidaknya ada pelepas dahaga kurangnya sosok teladan di negeri ini. Spirit perjuangannya bisa ditularkan dan disebarkan.

Sayangnya, antusiasme masyarakat masih sangat kurang untuk menonton film yang bertema pahlawan. Masih kalah dengan film bertema pahlawan karbitan dari amerika yang mengandalkan mutasi gen dan peralatan modern dengan cerita dan ending yang mudah ditebak. Kelebihannya cuma mengandalkan efek visual dan suara yang wow dan pemeran yang keren.

Beberapa kali saya nonton film bertema tokoh pahlawan nasional ini, sebagian besar bangku bioskopnya kosong. Memang sih seringkali peluncuran film ini bersamaan dengan peluncuran film hollywood. Jadi ya tidak bisa menyalahkan penonton juga kalau penonton harus memilih menonton film hollywood dengan alasan kualitas.

Melihat kondisi yang seperti ini, harusnya negara hadir disini melalui kementerian pendidikan. Harusnya pemerintah memfasilitasi karya - karya ini agar dotonton anak2 sekolah. Kalau perlu anak2 sekolah diwajibkan menonton film - film ini. Ini bisa membantu guru sejarah dalam menerangkan tokoh pahlawan nasional. Dengan catatan pemerintah mensubsidi tiketnya. Agar sineasnya berkembang dan dapat pemasukan. Sedangkan para siswa dapat mengambil pelajaran dari film tersebut. Sekaligus mengenal para pahlawan yang difilmkan itu.

Sedangkan untuk daerah yang tidak ada bioskop, pemerintah bisa memfasilitasi dengan mendistribusikan softcopy film atau CD nya dan ditonton dengan lcd proyektor yang sekarang harganya sudah tidak terlalu mahal. Saya kira sekarang setiap sekolahan punya satu proyektor. Generasi sekarang masih sangat butuh spirit perjuanagn para pahlawan. Dengan menghadirkan film - film tersebut, spirit para pahlawan secara tidak langsung akan menular ke dalam diri kita.

Perjuangan kita masih panjang. Berjuang melawan kebodohan, kemiskinan dan penyebab kebodohan dan kemiskinan yaitu korupsi. Kita tidak harus mengangkat senjata untuk berjuang saat ini. Cukup dengan menyumbangkan pemikiran, tenaga dan integritas yang didasari cinta terhadap bangsa dan negara.

Semoga dengan semangat hari pahlawan ini semangat para pahlawan masih mengalir di darah kita. Selamat Hari Pahlawan.


Artikel menarik lainnya :

Nizar Aditya

About Nizar Aditya

I'm an Engineer, Writer and Dreamer