Pernahkah anda mendengar nama Sjafruddin Prawira Negara dan Mr. Assat? Kalau belum pernah mendengarnya atau hanya sayup – sayup pernah mendengarnya, anda tidak sendiri. Karena jarang disebutkan, Kedua nama itu telah terlupakan oleh sejarah atau sengaja dilupakan saya juga tidak tahu. Yang jelas, kedua nama tersebut pernah menjadi pemimpin tertinggi republik Indonesia. Kedua nama itu layak disandingkan dengan nama Ir. Soekarno, Jendral Soeharto, B.J Habibie, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Untuk itu saya akan sedikit mengulas kedua nama itu.
Sjafruddin Prawira Negara (Masa Jabatan : 22 Desember 1948 – 13 Juli 1949)
beliau lahir di Banten pada 28 Pebruari 1911. Beliau adalah salah satu pahlawan kemerdekaan dan juga menjabat sebagai Presiden PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia). Beliau meninggal pada 15 Pebruari 1989 di Jakarta. Belau dimakamkan di tanah kusir jakarta selatan satu kompleka dengan Drs Moh. Hatta dan Buya Hamka. (Baca Juga : Mencoba Menjadi Bangsa yang Besar)
Sjafruddin Prawira Negara |
Ada yang unik dari pengangkatan beliau menjadi presiden. Pada tanggal 19 Desember Tahun 1948, saat Belanda melakukan agresi militer II dengan menyerang dan menguasai ibu kota RI yang pada saat itu di Yogyakarta, mereka berhasil menangkap dan menahan Presiden Soekarno, Moh. Hatta, serta para pemimpin Indonesia lainnya untuk kemudian diasingkan ke Pulau Bangka.
Kabar penangkapan pimpinan negara tersebut terdengar oleh Sjafruddin Prawira Negara yang saat itu berada di Bukittinggi, Sumatera Barat. Saat itu, Sjafruddin menjabat sebagai Menteri Kemakmuran. Untuk mengisi kekosongan kekuasaan dan agar pemerintahan indonesia terus berjalan, Sjafruddin Prawira Negara mengusulkan untuk membuat Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Usul tersebut disetujui oleh Mr. T.M. Hasan, Gubernur Sumatera.
Pada saat yang sama, yaitu tanggal 19 Desember 1948 Presiden Soekarno mengirimkan telegram kepada Sjafruddin yang berbunyi “Kami, Presiden Republik Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 jam 6 pagi Belanda telah mulai serangan atas Ibu Kota Jogjakarta.
Jika dalam keadaan pemerintah tidak dapat menjalankan kewajibannya lagi, kami menguasakan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatra".
Namun, Telegram tersebut tidak sampai kepada Sjafruddin. Walaupun begitu, Sjafruddin telah berinisiatif untuk membentuk pemerintahan darurat. Inilah uniknya, perintah yang tidak sampai tetapi sudah dijalankan atas dasar inisiatif.
Akhirnya pada tanggal 22 Desember 1948 Pemerintah Darurat Republik Indonesia diproklamasikan. Tepat pada hari itu Sjafruddin resmi menjadi Presiden PDRI.
Setelah Soekarno dan para petinggi dibebaskan oleh belanda, Sjafruddin menyerahkan kembali mandat sebagai presiden kepada Soekarno pada tanggal 13 Juli 1949. Setelah perjuangan selama 207 hari, akhirnya PDRI dibubarkan pada 14 Juli 1949
Mr. Assat (Masa Jabatan : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950)
Beliau menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Waktu itu, Soekarno telah ditetapkan sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat sedangkan Hatta sebagai Perdana Menterinya pada saat perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB). Dengan ditunjuknya Soekarno sebagai Presiden dan Hatta sebagai perdana menteri RIS, maka Republik Indonesia yang merupakan bagian dari RIS akan kosong kekuasaan. Maka dari itu, Soekarno menunjuk Mr. Assat sebagai Presiden Republik Indeonesia.
Mr. Assat |
Peran Mr. Assat ini sangat penting. Karena, tanpa beliau menjabat sebagai Presiden, Republik Indonesia akan terputus sejarahnya. Kalau saja pada saat itu tidak ada Presiden Republik Indonesia, maka sejarah akan mencatat bahwa Republik Indonesia pernah ada terus dibubarkan dan diganti RIS kemudian didirikan lagi Republik Indonesia pengganti RIS.
Pada 15 Agustus 1950, RIS dan RI dilebur menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan itu Soekarno ditetapkan kembali sebagai Presiden Republik Indonesia dan Hatta wakilnya.bersamaan dengan itu pula masa jabatannya Mr. Assat telah selesai.
Selain sebagai pernah menjabat sebagai presiden, Mr. Assat adalah salah seorang pendiri Universitas Gajah Mada (UGM), Perguruan tinggi pertama yang didirikan setelah Indonesia merdeka.
Dalam kenyataannya, kedua nama tersebut tidak pernah disebut sebagai mantan presiden republik indonesia. Mungkin ada beberapa alasan kenapa mereka tidak disebut sebagai mantan presiden.
- Karena jabatan mereka Cuma sementara
- Digantikan oleh orang yang menjabat sebelumnya
- Karena menjabat pada saat darurat
- Tidak genap satu tahun pemerintahan
- Pada saat menjabat belum pernah mengadakan upacara peringatan kemerdekaan 17 agustus
Yang jelas kedua nama tersebut layak kina kenang sebagai orang yang pernah menjadi pemimpin tertinggi negeri ini.