Sabtu, 31 Oktober 2015

Bukan Pahlawan Part 3 : DNA Chip

Kubuka mataku perlahan, jam di layar depanku menunjukkan pukul 4.30. Sepertinya aku ketiduran sebelum filmnya selesai tadi malam. Ternyata aku tak bisa bangun siang. Jam biologisku telah tersetting otomatis untuk bangun jam segini. Bagaimana bisa datang telat kalau udah bangun jam segini. Mau tidur lagi juga sudah tidak mengantuk lagi. Mending olah raga saja lah, dari pada bengong gak ngapa - ngapain. Toh, sudah lama aku tidak melakukan olahraga. Sudah lupa kapan terakhir kali olah raga.

Sudah kuniatkan kemarin untuk membolos, jadi ya kugunakan waktuku untuk olah raga. Aku kan bukan pengecut yang menjilat ludah sendiri dengan masuk ke kantor pagi - pagi seperti biasanya. Lagi pula berangkat pagi atau siang juga sama – sama gak ada faedahnya, gak ada kerjaan juga.

Kubuka kardus sepatu lari ku yang kubeli sekitar setahun yang lalu dari seorang teman kuliah yang punya toko online. Sejak setahun yang lalu, baru kali ini kupakai sepatu ini. Awalnya aku memang tidak berniat beli, Cuma ya karena membantu menjadi penglaris teman apa salahnya membeli sepasang. Memang Selain murah, barangnya juga asli. Entah darimana dia mendapatkan barang asli dan murah seperti itu. Dia mempunyai jargon sudah Cheap, Original pula. 

Keren juga sepatu ini ternyata. Jadi terlihat lebih ganteng. Ya walaupun cuma dari lutut ke bawah sih gantengnya.

Aku berlari – lari kecil di taman dekat apartemen. Baru kali ini aku sepagi ini jogging disini. Sang mentari saja masih terlihat mengantuk. Jarang sekali aku ke taman ini. Itupun bukan sepagi ini dan melakukan aktivitas olah raga. Aku ke taman ini hanya ketika pulang kantor dan jarang sekali. Seminggu sekali tidak tentu mampir sini

Belum sampai seratus meter lari, nafasku sudah gak kuat. Padahal aku bukan perokok. Mungkin ini karena aku jarang sekali olah raga. Bisa dibilang hampir gak pernah. 

Kutemukan sebuah kursi taman di depanku. Aku duduk sambil melihat sekeliling. Kulihat gadis kecil menempelkan tangannya di gerobak es krim keliling. Pasti gadis kecil itu membayar untuk es krim yang sudah dipegangnya.

Gadis kecil itu mudah sekali hidupnya, mau es krim tinggal tempel aja tangannya ke gerobak tukang es krim. Masa kecilku dulu mana ada sperti itu, mau es krim harus minjem kartu e-money nya emak. Iya kalau dijinkan, lebih banyak gak dipinjemin sama emak. Katanya kreditnya habis. Jaman emak masih kecil untuk membayar malah berbentuk kertas katanya. Perkembangan teknologi memang begitu cepat rupanya, terutama nano teknologi dan bioteknologi. Selalu menarik untuk mengikuti perkembangan keduanya.

Beberapa dekade terakhir perkembangan nano teknologi dan bioteknologi sangat cepat. Kolaborasi antara keduanya melahirkan sebuah chip yang berbentuk menyerupai DNA. Di dalam chip ini menyimpan semua informasi tentang seseorang mulai driving license, tiket bahkan e-money. Maka, kemanapun pergi aku cuma harus menempelkan tangan untuk mendapatkan fasilitas yang kuinginkan. Hal ini berkaitan dengan telah punahnya sistem uang fisik, yang ada hanyalah uang elektronik atau yang lazim disebut dengan e-money yang datanya tersimpan di dalam chip yang berbentuk DNA.

Kemanapun orang pergi sekarang ini tidak perlu membawa dompet. semua kartu kartu, uang, tiket bahkan surat izin mengemudi pun juga tertanam dalam chip ini. Hanya orang – orang tua lah yang masih menyimpan dompet. Dulu masa masa mudanya semua uang dan kartu di simpan di dompet. Tetapi sekarang buat apa dompet bagi Mereka? Bukankah mereka juga sudah disuntik chip ditubuhnya? Entahlah, mungkin mereka mau bernostalgia dengan dompet mereka.

setiap kendaran bermotor pribadi juga dilengkapi alat untuk membaca informasi chip ini. Pembacaan chip ini untuk kendaraan bermotor pribadi ini berfungsi untuk mengetahui apakah pengendara memiliki lisensi untuk berkendara apa tidak. Di setiap kendaraan bermotor, reader ini terletak di setang motor atau pada setir untuk mobil. Jadi jangan harap bisa berkendara kalau tidak punya SIM. 

Aturan ini diterapkan 25 tahun yang lalu oleh pemerintah Indonesia ketika jumlah kendaraan pribadi membludak dan kendaraan umum massal yang sudah mulai banyak itu sepi penumpang. Kemudian pemerintah melakukan survey, ternyata sebagian besar dari pengendara tersebut tidak memiliki SIM. Akhirnya pemerintah Indonesia membuat sebuah kebijakan bahwa setiap kendaraan bermotor pribadi yang dijual di Indonesia harus mempunyai reader chip ini di setiap kemudinya.

Ketika seoserang tidak mempunyai lisensi mengemudi di di dalam chip di tubuhnya, maka kendaraan tersebut tidak akan bisa menyala. Walaupu sudah dinyalakan oleh orang lain yang mempunyai SIM di tubuhnya, tetapi ketika dipindahtangankan ke seseorang yang tidak mempunyai SIM, mustahil kendaraan ini bisa mati. Kecuali kalau memang programnya dimanipulasi, beda lagi ceritanya.

Cara ini ternyata efektif untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalanan. 50 persen kendaraan berkurang. Angkutan umum massal pun mulai ramai digunakan. 

Keberhasilan ini diadopsi oleh negara – negara berpenduduk banyak seperti China dan India. Mereka juga menerapkan pada kendaraan pribadi yang beredar di negara masing - masing. 

Chip ini ditanam sejak pertama kali bayi lahir. Selanjutnya semakin bertambah dewasa, maka informasi yang ada pada chip dapat ditambahkan karena chip ini storagenya luar biasa besar. Chip ini pertama kali ditemukan oleh peneliti Amerika dan dipakai secara luas di negeri itu beberapa tahun sebelum ditetapkan di seluruh dunia. Tetapi masih ada beberapa negara - negara di dunia yang belum menerapkan chip ini seperti Korea utara Rusia dan beberapa negara di Afrika.

Teknologi ini baru masuk ke Indonesia baru sekitar du puluh tahun yang lalu. Tidak semua warga negara langsung disuntik chip ini waktu itu. Hanya kota - kota tertentu untuk pilot project selama setahun. Aku sendiri disuntik chip ini ketika kelas 5 SD, kira - kira waktu umur sebelas tahun, dua tahun setelah teknologi itu masuk ke Indonesia. Setelah itu teknologi ini disuntikkan ke seluruh warga negara Indonesia.Bersamaan dengan itu, elektronik ID card konvensional ditarik dari masyarakat dan dimusnahkan

Dalam perkembangannya, database teknologi ini diintegrasikan dengan nomor telepon. Hal ini digunakan untuk pembayaran karena struk sudah lagi menggunakan kertas. Hal ini dilakukan untuk mensukseskan program paperless di seluruh dunia. Pemerintah sendiri telah menutup beberapa pabirk kertas di beberapa pulau agar tidak lagi memproduksi kertas sehingga perambahan hutan bisa berhenti.

Seperti gadis kecil yang membeli es krim tadi, struk pembelian es krimnya akan segera terkirim ke orang tua gadis kecil tersebut. Jadi orang tua gadis kecil tersebut tau anaknya beli apa saja. Hal ini juga berguna bagi orang tua untuk memonitor si anak. 

Keamanan sistem ini sangat tinggi. Selain membaca chip yang tertanam di tubuh, reader ini juga membaca DNA orang yang menempelkan tangannya. Reader ini mencocokkan informasi chip dan informasi DNA orang tersebut di database. jadi susah untuk membobol sistem ini. Kecuali kalau aku adalah seorang yang cerdas dan iseng melakukan sesuatu terhadap servernya. Letak servernya saja aku tidak tahu, bagaimana mau membobol? Entahlah. Lagipula aku juga gak akan mau melanggar hukum. Kurang kerjaan aja. Hidupku sudah enak seperti ini. Gak punya alasan kenapa akau harus membobol sistem ini.

Melihat gadis kecil itu makan es krim membuat cacing di dalam perutku meminta asupan makanan. gadis kecil itu membuatku jadi lapar dan ingin makan. Bukan es krim, makanan berat yang aku inginkan. Sepertinya sarapan bubur setelah olah raga enak nih. Sudah lama juga aku tidak sarapan bubur. Sebenarnya aku juga belum pernah mencoba bubur di daerah sini. Tukang bubur di depan taman itu rame sekali. Biasanya penjual makanan kalau ramai seperti itu makanannya enak. Gak ada salahnya aku mencobanya. Gak apa – apa lah antri sedikit lama, toh aku juga sudah niat menelatkan diri. Berangkat setelah makan siang dan tidur siang tidak masalah sepertinya. 


Artikel menarik lainnya :

Nizar Aditya

About Nizar Aditya

I'm an Engineer, Writer and Dreamer